Pagi di Paris
Udara pagi membelai pipiku,
Seperti bisikan rahasia dari kota yang tak pernah tidur.
Paris masih menghela napas malamnya,
Sementara langkahku mulai menari di atas jalanan basah.
Gaun hijau mengalun seperti sungai,
menyentuh batu-batu yang menyimpan rindu,
Heels kecil mengetuk ritme sunyi,
Membangunkan pagi dengan melodi tanpa nada.
Syal coklat mendekap tubuh,
Tapi dingin selalu lebih cerdik,
Menyelinap di sela jari-jari,
Menggoda kulit dengan sentuhan nostalgia.
Angin menggoda helai rambutku,
Mengacaknya seperti seniman gila,
Menuliskan puisi yang tak terlihat,
Di udara yang penuh aroma kopi dan mimpi.
Aku bukan siapa-siapa, hanya pengembara,
Menitipkan langkah di kota yang menelan waktu.
Paris adalah dewa tua yang mabuk cinta,
Menyimpan ciuman di jembatan-jembatannya,
Mendekap rahasia di gang-gang sepi,
Dan menari di antara cahaya yang jatuh dari langit.
Maka aku tersenyum,
Bukan pada dunia, bukan pada pagi,
Tapi pada diriku sendiri,
Yang akhirnya mengerti bahwa Paris,
Adalah mimpi yang memilihku untuk terjaga.
Komentar
Posting Komentar