WANITA


Wanita..
Bagai belati bermata dua
Menjadi tegas dengan kecerdasannya
Di lain waktu dapat membunuh
Dengan kelembutannya.
Adab nya bagai bunga
Santunya seperti cahaya
Indah berpadu saat melangkah.
Wanita itu bernama puisi
Puisi adalah suara hati paling tulus
Gaya bicaranya selembut doa
Tatapannya memabukkan siapapun.
Puisi adalah ibu
Puisi penuh makna dan kelembutan
Pernah suatu kali puisi sedih
Terdiam, merenung dan menangis
Sesaat nasibnya menyedihkan
Bukan karna cinta atau cita-cita

Bukankah setelah malam ada pagi ?
Bukankah setelah buruk ada baik ?
Bukankah semua hanya soal waktu ?
Bukankah setelah sedih ada bahagia ?

Puisi tidak lagi sedih
Setelah menuliskan puisinya.

....
Jiwanya menggumpal dalam pengabdian murni seorang wanita
Banyak yang memandangnya kagum luar biasa,seolah air dan api yang bergejolak, bisa dikendalikan dengan mudah
Sisanya memicing dan skeptik, menganggapnya tanpa daya

Memang orang belum tau siapa yang dihadapnya, kesan pertama pasti semua dipukul rata.
Aku duduk di sudut cafe dengan kopiku saat senja, persis seperti novel remaja galau, namun diam-diam aku mengamati semuanya dari jauh.

Langkah kakinya yang tegas menunjukkan dia punya kepribadian yang cukup matang.
Tatapannya memiliki nanar yang tidak bisa ditolak siapapun.
Namanya independent, setidaknya begitu barista menyebut namanya saat dia mengambil dua kopinya.
Nampaknya dia sedang menunggu seseorang, karna dari wajahnya jelas dia tidak butuh 2 gelas kafein untuk hari yang hampir gelap ini.

Ketika aku sibuk dengan cake manisku, tanpa kusadari sudah ada orang dengan badan tegap dan membawa banyak tas ditangannya.
Sepertinya mereka terlibat percakapan seru sekali.
Ekspresi mereka bahagia, sedih, tertawa, sesekali murung. Entah apa tang mereka ceritakan.

Tapi satu hal yang aneh, langkah kaki wanita independent itu tidak lagi tegas menunjukkan dia punya kepribadian yang cukup matang.
Tatapannya juga tidak lagi memiliki nanar.
Sinarnya tidak lagi seperti semula.

Dia tidak bisa lagi melangkah tegas karna terlalu banyak tas yang dia bawa yang berasal dari orang lain.
Tatapannya yang bernanar kini lebam.

Lalu barista mendatanginya dan berkata :
“Lepaskan tas-tas itu, habiskan kopimu, dan pergi berjalan seperti semula.”


19 Mei 2019
Madina, Arab Saudi

Komentar

Postingan Populer